Patofisiologi Stroke Iskemik: Proses Neurodegeneratif dan Target Farmakologi
· Mekanisme Iskemia dan Kerusakan Sel Saraf: Stroke iskemik terjadi akibat penyumbatan aliran darah ke bagian otak, biasanya oleh bekuan darah atau embolus, yang mengakibatkan penurunan suplai oksigen dan nutrisi. Kekurangan oksigen (hipoksia) dan glukosa mengaktifkan jalur metabolik yang merusak, termasuk produksi radikal bebas dan ion kalsium berlebihan, yang menyebabkan kematian sel saraf. Proses ini melibatkan neuroinflamasi dan gangguan fungsi mitokondria, yang berkontribusi pada kerusakan neuron dan area iskemik yang lebih luas. Memahami mekanisme ini penting untuk mengidentifikasi target terapeutik untuk mengurangi kerusakan sel saraf dan memperbaiki hasil klinis.
· Proses Neuroinflamasi dan Apoptosis: Setelah iskemia, proses neuroinflamasi berperan penting dalam patofisiologi stroke iskemik. Aktivasi mikroglia dan astrosit melepaskan sitokin proinflamasi dan chemokines yang memperburuk kerusakan neuron. Selain itu, apoptosis (kematian sel terprogram) dipicu oleh sinyal molekuler yang merusak, termasuk caspases dan protease. Penekanan terhadap inflamasi dan apoptosis dapat memperlambat progresi kerusakan dan memberikan perlindungan tambahan terhadap sel saraf yang tersisa.
· Target Farmakologi: Thrombolitik dan Antikoagulan: Pengobatan stroke iskemik sering melibatkan terapi thrombolitik, seperti tPA (tissue plasminogen activator), yang bertujuan untuk melarutkan bekuan darah yang menyebabkan penyumbatan. Terapi antikoagulan juga digunakan untuk mencegah pembentukan bekuan baru dan mengurangi risiko stroke berulang. Selain itu, obat-obatan yang menargetkan jalur inflamasi dan neuroprotektif, seperti inhibitor COX-2 dan N-methyl-D-aspartate (NMDA) antagonis, sedang dikembangkan untuk mengurangi kerusakan neuron dan memperbaiki fungsi neurologis pascastroke.
· Pendekatan Neuroproteksi dan Rehabilitasi: Pendekatan neuroprotektif bertujuan untuk melindungi sel saraf dari kerusakan lebih lanjut selama dan setelah fase iskemik. Terapi yang menargetkan mekanisme seperti stres oksidatif, gangguan metabolik, dan disfungsi mitokondria sedang diteliti untuk mengurangi area kerusakan dan meningkatkan pemulihan fungsi otak. Selain pengobatan farmakologis, rehabilitasi pascastroke, termasuk terapi fisik dan okupasi, memainkan peran penting dalam memulihkan fungsi motorik dan kognitif, dengan pendekatan berbasis neuromodulasi dan latihan neuroplastisitas untuk memfasilitasi pemulihan pascastroke.